Short Description
”Muhammad telah menjadikan suku-suku yang saling berperang menjadi satu umat.” (Emile Dermenghem; orientalis Perancis dan direktur Perpustakaan Aljazair)
”Muhammad telah menjadikan suku-suku yang saling berperang menjadi satu umat.” (Emile Dermenghem; orientalis Perancis dan direktur Perpustakaan Aljazair)
”St. Columban mengeluarkan hukuman yang keras kepada pengikutnya, antara lain Tiga kali cambukan bagi yang batuk ketika nyanyian sudah dimulai atau tersenyum ketika sembahyang, dua belas kali cambukan untuk setiap rahib yang lupa berdoa sebelum makan, lima puluh kali cambukan bagi yang terlambat sembahyang, seratus kali cambukan bagi yang bertengkar, dan dua ratus kali cambukan bagi yang berbicara dengan perempuan tanpa kesopanan.” (Qishatul Hadharah, 14365).
Ini keadaan mereka, namun Islam berbeda!
Kasih sayang Rasulullah saw tidak terbatas pada mereka yang bergaul bersamanya saja. Beliau bahkan selau sibuk memikirkan seluruh umatnya di segala waktu dan keadaan sampai hari kiamat.
Beliau selalu sibuk dengan umatnya di segala zaman dan senantiasa berfikir untuk mereka. hal ini tampak dalam sabda-sabda dan sikap beliau yang sebagian di antaranya akan kita bahas dalam dua pembahasan.
Kasih sayang Rasulullah kepada umatnya sudah mencapai tingkat yang tak ada seorang pun dapat membayangkannya. Bahkan beliau sampai khawatir kepada mereka apabila telah berlebihan melakukan ibadah. Sebelumnya kita telah membahas tentang kasih sayang beliau dalam perkara ibadah. Walaupun mendekatkan diri kepada Allah adalah suatu hal yang terpuji bahkan diperintahkan, namun beliau khawatir apabila umatnya berlebihan dalam hal ini, mereka akan kehilangan keseimbangan dalam hidup. Oleh karena itu, kita melihat beliau tidak mengerjakan sebuah amalan yang beliau sukai karena khawatir akan diwajibkan kepada umatnya sehingga menyusahkan mereka.
Ummul Mukminin Aisyah berkata, ”Sesungguhnya Rasulullah meninggalkan suatu amalan yang beliau sukai untuk beliau lakukan sendiri karena khawatir akan dilakukan oleh orang-orang sehingga diwajibkan kepada mereka.”[1]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah menyukai kewajiban yang ringan bagi manusia.[2]
Beliau sering mengucapkan kalimat
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي
”Seandainya aku tidak memberatkan umatku.” Hal ini menjadi tanda bahwa beliau ingin mewajibkannya, namun beliau khawatir timbul fitnah di kalangan umat.
Kita juga telah melihat bagaimana beliau tidak berangkat di setiap pertempuran agar orang-orang tidak merasa tersiksa untuk ikut berperang setiap kali beliau maju ke medan perang.
Kita melihat bagaimana beliau tidak mengakhirkan shalat isya sampai pertengahan malam dan bagaimana beliau menolak keluar shalat tarawih berjam’ah di bulan Ramadhan karena khawatir ibadah itu akan diwajibkan kepada kaum muslimin.
Kita juga melihat beliau tidak memberikan jawaban langsung kepada orang yang bertanya tentang perkara mengulangi ibadah haji setiap tahun, karena beliau khawatir akan diwajibkan kepada kaum muslimin.
Di antara ucapan beliau adalah
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوْءٍ
”Seandainya aku tidak akan memberatkan umatku maka akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap berwudhu.”[3]
Ucapan beliau yang lain
لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ وَلَأَخَّرْتُ صَلاَةَ الْعِشَاءِ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ
”Seandainya aku tidak akan memberatkan umatku, akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap hendak melaksanakan shalat dan aku mundurkan waktu shalat Isya hingga ke sepertiga malam terakhir”[4]
Manhaj beliau yang jelas dan terus berlangsung yaitu memberi keringanan kepada umat dan sayang kepada mereka.
Di antara kasih sayang beliau juga adalah perlakuan lemah lembutnya kepada orang-orang fakir. Dalam kehidupan Nabi, beliau sangat peduli dengan orang-orang fakir yang hidup di sekitarnya. Beliau tidak lupa dengan orang fakir sepanjang zaman sehingga beliau memberi pesan yang baik untuk mereka dan memperingatkan umat ini agar jangan menyepelekan mereka. Hadits-hadits yang mendorong orang-orang kaya untuk berinfak kepada orang-orang fakir tidak terhitung. Di antaranya adalah sabda beliau
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ اْلآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
”Setiap pagi akan turun dua malaikat. Salah seorang di antara mereka berdoa, ’Ya Allah berilah ganti kepada setiap orang yang berinfak. Dan yang lainnya berdoa, ’Ya Allah berilah kebinasaan kepada orang yang kikir’.”[5]
Rasulullah menasihati Asma dan kaum muslimin untuk berinfak kepada kaum fakir tanpa perhitungan
أَنْفِقِي وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللهُ عَلَيْكِ.
”Berinfaklah dan jangan menghitung-hitungnya, jangan sampai Allah membuat perhitungan terhadapmu.”[6]
Rasulullah juga memerhatikan kondisi kejiwaan orang fakir dan tidak ingin mereka merasakan kekurangan dibandingkan orang lain. Salah satu tanda indahnya kasih sayang beliau dalam hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Rafi’, pelayan Rasulullah saw, bahwa Rasulullah membeli dua ekor domba yang sehat, besar, dan mempunyai tanduk ketika menyembelih. Seusai shalat dan melaksanakan khutbah, salah satu domba itu didatangkan kepada beliau saat beliau masih berada di tempat shalatnya. Beliau menyembelihnya sendiri seraya mengucapkan doa
اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا عَنْ أُمَّتِي جَمِيعًا مِمَّنْ شَهِدَ لَكَ بِالتَّوْحِيدِ وَشَهِدَ لِي بِالْبَلاَغِ
”Ya Allah sembelihan ini untuk seluruh umatku yang bertauhid kepadamu dan mengakui kenabianku.” Kemudian didatangkan yang lainnya dan beliau sembelih sendiri seraya berkata
هَذَا عَنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ.
”Ini untuk Muhammad dan keluarga Muhammad.” Lalu beliau memberi makan orang-orang miskin dengan daging keduanya. Beliau dan keluarganya makan juga darinya.”[7]
Kasih sayang Rasulullah sampai ke tingkat yang sangat tinggi. Kasih sayang yang mengalir ke dalam jiwa, tidak sekedar dalam ujud materi dan kebendaan.
Beliau juga menyayangi orang-orang yang membutuhkan, bagaimanapun bentuk kebutuhannya. Beliau mendorong kaum mukminin untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Alangkah indahnya apa yang beliau ungkapkan tentang makna sedekah di kalangan kaum muslimin sehingga mencakup banyak perbuatan yang tidak selalu identik dengan uang. Hal ini beliau maksudkan agar kasih sayang bisa menyebar di kalangan manusia sehingga tidak ditemukan lagi orang yang kekurangan dan membutuhkan di antara mereka.
Rasulullah bersabda
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ، وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ، وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ، وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ، وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ.
”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, perintahmu untuk hal yang baik dan laranganmu dari hal yang mungkar adalah sedekah, petunjukmu kepada seorang yang tersesat adalah sedekah, perhatianmu kepada seorang yang buruk adalah sedekah, usahamu untuk mengeluarkan batu dan duri dari jalan adalah sedekah, engkau tuangkan air dari embermu ke dalam ember saudaramu adalah sedekah.”[8]
Alangkah indahnya petunjuk ini dan alangkah besarnya makna kasih sayang di dalamnya!
Riwayat dalam hal ini sangat banyak. Dalil-dalil tersebut semakin menambah makna sehingga tak mampu lagi diucapkan oleh lisan.
Dalam sebuah riwayat ada tambahan
يُعِينُ ذَا الْحَاجَةِ الْمَلْهُوْفَ.
”Menolong orang yang sangat memerlukan juga sedekah.”[9]
Dalam riwayat lain
تَسْلِيْمُهُ عَلَى مَنْ لَقِيَ صَدَقَةٌ.
”Mengucapkan salam kepada setiap orang yang ditemui adalah sedekah.”[10]
Dalam riwayat lain
وَبُضْعَتُهُ أَهْلَهُ صَدَقَةٌ.
”Menggauli istrinya adalah sedekah.”[11]
Bahkan beliau menyatakan lebih luas lagi, sehingga mencakup kebaikan untuk manusia, hewan, dan burung-burung. Beliau bersabda
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتْ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ.
”Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali apa yang dimakan darinya menjadi sedekah baginya, apa yang dicuri menjadi sedekah, apa yang dimakan binatang liar menjadi sedekah, apa yang dimakan burung menjadi sedekah dan tidaklah ia dirugikan oleh orang lain kecuali itu menjadi sedekah baginya.”[12]
Saksikanlah, wahai dunia, akan kasih sayang yang bertabur ini! Mari kita bayangkan seandainya dunia telah dipenuhi dengan semua kebaikan! Bukankah ini yang menjadi faktor penyebab kebahagiaan yang dikejar banyak orang, namun mereka tidak mampu menemukannya
[1] HR Bukhari (1076), Muslim (718), Abu Dawud (1293) , Ahmad (25490), Malik (357) , Ibnu Hibban (313).
[2] HR Ahmad (24603) dan Ibnu Khuzaimah (2104). Al-Arnauth menyatakan shahih.
[3] HR Bukhari VII234 dan Ahmad (9930).
[4] HR Tirmidzi (26), Nasa’i (534), dan Ahmad (967). Al-Albani menyatakan hadits ini shahih. Lihat Shahih Jami' Tirmidzi I35.
[5] HR Bukhari (1374), Muslim (1010), Ibnu Hibban (3329), dan Hakim (8679).
[6] HR Bukhari (2451), Muslim (1029), Nasa’i (2550), Ahmad (26967), dan Ibnu Hibban (3209).
[7] HR Ahmad (27234) dan Hakim (3478). Al-Albani menshahihkan riwayat yang serupa dalam Shahih Sunan Ibni Majah III1043.
[8] HR Bukhari dalam A-Adabul Mufrad (791), Tirmidzi (1956), Baihaqi (3377), Thabrani (8342). Al-ِAlbani menshahihkannya dalam Shahîh Al-Jâmi' (2908).
[9] HR Bukhari (5676), Muslim (1008), Nasa’i (2538), Ahmad (19549), dan Darimi (2747).
[10] HR Abu Daud (1285), Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Sunan Abi Dawud.
[11] HR Abu Daud (1285), Ahmad (21588), dan Nasa’i (9028). Al-Albani menyatakan hadits ini shahih.
[12] HR Bukhari (2195), Muslim (1553), Ahmad (13413), Tirmidzi (1382), dan Darimi (2610).