Short Description
Sampai kejadian pemusnahan pasukan Abrahah yang ingin menyerang Kakbah, Allah SWT telah menunjukkan keagungannya dengan peristiwa-peristiwa yang luar biasa
Sampai kejadian pemusnahan pasukan Abrahah yang ingin menyerang Kakbah, Allah SWT telah menunjukkan keagungannya dengan peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Musuh dihancurkan tanpa melalui peperangan.
Namun demikian, hanya berselang lima puluh hari setelah pemusnahan Abrahah dan pasukannya, Allah SWT memberikan syariat (aturan) baru dalam membinasakan orang-orang zalim, bertepatan dengan lahirnya manusia pilihan, yaitu Nabi Muhammad SAW. Peristiwa “pasukan bergajah” merupakan peristiwa terakhir kala itu yang menolong agama Allah dengan cara yang luar biasa.
Ya, tentunya pembinasaan kaum yang zalim masih terus berlanjut hingga akhir zaman. Allah SWT berfirman
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ (13) وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ (14)
“Orang-orang kafir Berkata kepada rasul-rasul mereka, ‘Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami.’. Maka Rabb mereka mewahyukan kepada mereka, ‘Kami pasti akan membinasakan orang- orang yang zalim itu’. ‘Dan kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku’.” (Ibrahim 13-14)
Maksudnya, umat yang takut kepada posisi Allah SWT dan yang takut akan ancaman-Nya pada akhirnya akan meraih kemenangan dan berkuasa. Sementara itu, orang-orang zalim dan durjana pasti akan binasa. Ini sudah menjadi sunatullah yang senantiasa akan berlaku hingga hari kiamat.
Yang berubah bersamaan dengan kelahiran Rasulullah SAW adalah cara pemusnahannya. Sebelumnya, kaum yang zalim dan durjana dibinasakan dengan peristiwa yang luar biasa dan tidak dapat dicerna akal. Sedangkan pada syariat yang baru ini (ajaran Rasulullah SAW), yang menjadi sunnatullah adalah firman Allah SWT
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ (7)
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad 7).
Kaum muslimin terlebih dahulu dituntut beramal dan berbuat secara tulus ikhlas kepada Allah SWT semata dan sesuai tuntutan sunnah Rasulullah SAW. Jika kaum muslimin telah mempersembahkan amal dan usaha keras, niscaya Allah SWT akan menurunkan bantuan yang serupa dengan “burung-burung Ababil” untuk memusnahkan pasukan Abrahah.
Allah SWT akan menganugerahkan limpahan berkah, rahmat, rasa aman, pengokohan, dan taufik kepada orang-orang yang beriman. Sementara itu, Allah SWT akan menimpahkan azab, siksaan, dan kemurkaan kepada orang kafir.
Namun, tanpa dibarengi usaha dan perjuangan, “burung-burung Ababil” bisa dipastikan tidak akan mendatangi kita. tanpa usaha yang keras, amal dan perjuangan, “batu-batu yang berasa dari tanah yang terbakar”, tidak akan ditimpahkan kepada musuh-musuh agama.
Ini merupakan sunatullah yang baru dan khusus hanya untuk umat Islam dan menjadi sunnatullah yang senantiasa berlaku hingga hari kiamat kelak. Tidak akan pernah ada perubahan dan penyimpangan darinya.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad 7)
Banyak orang merasa cemas dan merasa tersiksa melihat kaum zalim yang berkuasa menindas kaum beriman di luar batas kemanusiaan. Lalu, mereka hanya menggantungkan harapan yang jauh dari realitas atau mustahil akan terwujud. Mereka berharap agar Allah SWT mengirim “burung-burung Ababil” untuk membinasakan dan menghancurkan orang-orang kafir. Sementara itu, kaum muslimin hanya menyaksikan peristiwa penindasan ini dari kejauhan.
Ini merupakan angan-angan kosong belaka dan pemahaman yang jauh dari realitas. Ini juga berarti bentuk ketidakpahaman terhadap sunatullah dalam melakukan perubahan.
Kaum muslimin seharusnya percaya terhadap diri sendiri! Percaya dengan kekuatan, ajaran, dan manhaj (jalan hidup) mereka. Mereka harus percaya dan yakin kepada Rabb mereka, yang mana hal itu hanya akan terealisasi dan terbuktidengan mengikuti aturan dan kehendak (iradah syar’iyyah)-Nya; bukan dengan menuruti hawa nafsu dan selera.
Allah SWT telah memberikan aturan-aturan yang jelas dalam melakukan perubahan dan keberadaannya berbeda-beda sesuai dengan tahapan yang dilalui oleh kaum muslimin. Pada suatu bangsa, kaum muslimin cukup hanya dengan berdakwah saja. Bisa jadi, dakwah ini bersifat rahasia atau terang-terangan. Terkadang, kaum muslimin perlu melakukan perjanjian damai. Namun, pada saat yang lain mereka perlu meninggikan bendera jihad.
Terkadang mereka dituntut untuk memerangi suatu kaum. Akan tetapi, pada saat yang sama mereka tidak perlu memerangi kaum yang lain. Dan pada saat yang lain, mereka harus memerangi seluruh orang-orang kafir.
Metode dakwah ini bisa jadi berubah sesuai dengan tahapan-tahapannya. Namun, di atas semua itu kaum muslimin harus memperlihatkan dan mempersembahkan sesuatu. Sebab, pertolongan Allah SWT tidak akan turun kepada orang yang bermalas-malasan. Pertolongan Allah SWT juga tidak akan turun kepada orang-orang yang hanya duduk-duduk berpangku tangan.
Pertolongan Allah SWT tidak akan turun kepada orang-oragn yang pasif dan tidak mau bergerak. Oleh karena itu saya kurang respek dengan doa yang dilantunkan oleh sebagian orang
“Ya Allah, binasakanlah orang-orang zalim dengan orang-orang zalim juga. Dan keluarkanlah kami dari mereka dengan selamat.”
Kalau memang demikian adanya, apa peran dan tugas mereka Cukuplah hanya dengan menyaksikan saja Kemudian berbagai peristiwa yang terjadi akan mengangkat mereka ke tampuk kekuasaan, kepemimpinan, kejayaan, dan kemuliaan.
Itu hanya angan-angan penuh kehampaan! Itu tidak sesuai dengan sunatullah. Akan tetapi, yang menjadi sunatullah adalah
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad 7).
Ingatlah, kini bukan lagi zaman Abrahah! Setelah Abrahah binasa, “burung-burung Ababil” tidak akan turun untuk membinasakan kaum yang zalim dan durjana jika orang-orang saleh di suatu negeri berlari dan bersembunyi di lorong-lorong gunung.
Pada zaman sekarang kita saksikan rudal, bom nuklir, kapal perang, tank, serta persenjataan canggih milik Amerika berkeliaran di tiap negeri Islam. Sementara kaum muslimin hanya bisa memandang orang yang akan menghancurkan dan membumihanguskan negara dan tanah air mereka –yang akan membunuh anak-anak, orang tua, serta istri-istri mereka– dengan penuh penyesalan; tanpa bisa berbuat apa-apa.
Sementara mereka –menurut sebagian orang– tidak memiliki sesuatu pun. Mereka hanya bisa berkata. “Semoga Allah mengirimkan ‘burung-burung Ababil’ yang akan melempari musuh-musuh dengan batu yang berasa dari tanah yang terbakar!’ ‘Semoga Allah menurunkan keajaiban!’ dan ‘Semoga saja Allah mencipatakan kejadian yang luar biasa!”
Kepada orang-orang yang berkeyakina seperti mereka, saya ingin mengutarakan isi hati!
Kepada orang-orang yang menunggu turunnya badai dan malapetaka menimpa kebengisan dan kekuatan Amerika!
Kepada orang-orang yang menunggu supaya tentara dan pasukan Amerika yang berada di Kuwait, Arab Saudi, Irak, Qatar, Oman, Turki, Pakistan, Afghanistan, Uzbekistan dan yang lainnya dimusnahkan dan dibumihanguskan!
Kepada orang-orang yang menunggu datangnya topan dan badai besar yang menenggelamkan dan meluluh-lantakkan kekuasaan dan hegemoni Amerika di Teluk Arab, Laut Putih, Laut Merah, Laut Hitam, Laut Kuning, dan di belahan bumi manapun!
Kepada mereka semua saya katakan, “Penantian kalian akan teramat panjang atau bahkan sia-sia. ‘Burung-burung Ababil’ dan pertolongan lainnya tidak akan turun kecuali dengan usaha dan perjuangan. Sunnah (ketentuan) yang ada sudah sangat jelas
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad 7).
Wahai saudara-saudaraku! Memang, di sisi Allah SWT kita bukanlah orang yang lebih mulia dibandingkan dengan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, semua sunatullah ini telah dilalui dalam rentetan sejarah hidup dan perjuangan beliau.