Short Description
Menurut saya, peradaban adalah kekuatan manusia untuk mendirikan hubungan yang seimbang dengan Tuhannya, hubungan dengan manusia yang hidup bersama mereka
Menurut saya, peradaban adalah kekuatan manusia untuk mendirikan hubungan yang seimbang dengan Tuhannya, hubungan dengan manusia yang hidup bersama mereka, dengan lingkungan pertumbuhan, dan perkembangan.
Saya melihat manakala jalinan ini semakin bertambah erat, peradaban itu makin bersinar dan hebat. Jika jalinan antara keduanya itu tidak erat, maka menjadi lemah, sehingga manusia menjadi makhluk ciptaan yang patut diwaspadai.
Peradaban itu merupakan hasil interaksi antara manusia dan Tuhannya dari satu sudut, juga interaksi antara sesama manusia dengan segala peradaban derajat dan sifat mereka dari sudut lainnya, interaksi manusia dengan lingkungan sekitar seperti hewan, burung, ikan, pohon dan bumi, tambang, dan perbebendaharaan lainnya dari yang ada pada pihak ketiga.
Jadi, definisi peradaban terjalin dalam tiga interaksi hubungan tersebut; Manusia, Tuhan, dan alam sekitarnya.
Termasuk nilai peradaban adalah kemampuan manusia untuk dapat menegakkan jalinan yang lebih baik dengan tiga peringkat di atas. Nilai-nilai menyimpang bisa merusak seluruh tatanannya. Kedudukan tinggi menjadi rendah. Adanya perbedaan derajat peradaban dari suatu masyarakat menuju lainnya, tergantung perbedaan tabiat jalinan hubungan secara keseluruhan.
Dari definisi ini dapat dipahami, terdapat sekumpulan peradaban dalam satu sisi, bahkan telah menjadi suatu nilai adab dalam sisi tersebut. Manakala ada penyimpangan keras, maka akan menyimpang pula sisi peradaban lainnya.
Manusia yang sanggup mengendalikan benda sekitarnya niscaya mendapat ketenangan, memberikan kepuasan, sehingga menciptakan alat, menemukan peralatan, mengembangkan temuan, mempergunakan semua temuan itu dengan baik tanpa harus menodai unsur lingkungan dengan pencemaran dan pengrusakan. Itulah manusia yang berperadaban dalam menjalin hubungan dengan tiga pihak sebagaimana telah kami sebutkan dalam definisi tentang peradaban. Yakni, adanya hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan sekitarnya. Di sisi lain sangat mungkin ada jiwa manusia yang berperadaban mengingkari adanya Sang Pencipta yang Maha Tinggi. Ia lalai untuk menghadap-Nya dan berpegang pada-Nya, sesuai tuntutan manusia untuk memenuhi hubungan yang seimbang antara sang Pencipta dan yang diciptakan.
Dari sisi lain, ada yang berbuat baik kepada anak-anak, orang tua, istri dan tetangga, serta berinteraksi dengan mereka dalam ruang lingkup akhlak yang tinggi, dan nilai-nilai luhur. Itulah manusia yang berperadaban dalam ruang lingkup ini. Namun, dia dianggap berbuat buruk jika interaksinya dengan lingkungan sekitar, seperti burung dan ikan, menghancurkan, menyakiti, menimpakan bencana secara membabi buta, hingga terjadi bentuk penyimpangan dalam ruang lingkup ini. Begitulah seterusnya.
Bahkan, kadang ia beradap dalam salah satu rantai, tapi menyimpang di salah satu dari tiga rantai hubungan lainnya. Kadang manusia berbuat baik kepada keluarga, masyarakat, umat, sebagai manusia yang beradap, tapi dia berbuat buruk kepada masyarakat atau bangsa lain. Dia tidak berbuat adil sebagaimana dia berinteraksi dengan keluarganya. Tidak menyampaikan rahmat kasih sayang kepada mereka sebagaimana yang dia perbuat kepada umatnya. Maka, dalam keadaan ini ia telah menyimpang. Sebesar itu kezhalimannya, sebesar itu pula penyimpangannya. Sebesar itu pengrusakannya, sebesar itu pula akibatnya.
Manusia yang menciptakan senjata canggih akan menjadi manusia beradab jika senjata itu digunakan untuk membela dirinya, menetapkan yang hak dan keadilan, memenuhi hak kemerdekaan dan kebaikan. Jika ia menciptakan senjata canggih itu untuk berbuat zhalim dan tindakan pemberontakan, maka dia manusia yang menyimpang, meski ia sampai pada nilai-nilai yang begitu tinggi dalam menciptakan temuan dan keahlian.
Dengan tiga kiasan ini, kita akan banyak merombak hukum-hukum atas suatu masyarakat yang mengikat. Negara yang disebut hari ini merupakan bangsa yang berperadaban, seperti Amerika, Inggris, Perancis dan sebagainya, telah mencapai kemajuan peradaban terhadap lingkupan sekitar, menggunakan untuk perkembangannya, di mana mereka memenuhi peradaban pada sebagian sisi dari hak-hak kemanusiaan dan hewan, tapi telah menyimpang dalam memenuhi sebagian kelurusan akhlak, baik di dalam maupun di luar kumpulan masyarakatnya. Mereka menilai hubungan seks bebas di luar nikah (free sex), yang berakibat pada rusaknya tatanan nilai yang besar dalam masyarakat, kebolehan melakukannya secara bebas, percampuran nasab, terlantarnya anak-anak, yang semua itu tidaklah mungkin disebut peradaban. Belum lagi yang menyia-nyiakan orang tuanya, memutus hubungan silaturahim, yang bukan merupakan bagian dari peradaban. Peminum khamar, mempraktikkan riba, menghisap ganja, membudayakan perjudian, prostitusi, kekejian dan kefasikan yang hal itu tidaklah mungkin disebut peradaban. Orang yang menimbang secara culas (menipu). Atau berbuat kezhaliman terhadap suatu bangsa yang lemah, dan membiarkan kemiskinan merajalela, semua itu bukan termasuk peradaban.
Kemudian bangsa-bangsa ini sangat menyimpang jika dilihat dari hubungan mereka dengan Tuhan. Tidaklah mungkin secara nyata orang yang mengingkari Tuhan disebut berperadaban, dengan adanya bukti otentik tak terbantahkan atas keberadaan dan kekuasaan serta kekuatan-Nya. Tidak mungkin pula dapat diterima bahwa bersujud kepada manusia, batu atau sapi merupakan peradaban…. Semua ini bukan berarti bahwa kami mengkari mereka sebagai orang yang berperadaban dari sisi kehidupan lain, seperti menciptakan aturan bermanfaat, peralatan canggih, dan sebagainya, tapi sisi-sisi ini termasuk di antara berbagai sisi yang patut diambing sebagai pelajaran.
Dengan perumpaan ini di atas, dapatlah kami katakan – tanpa bermaksud diskriminatif dan fanatik - bahwa peradaban Islam merupakan satu-satunya peradaban di dunia yang memenuhi keunggulan dalam menjalin tiga interaksi dengan tiga komponen di atas (Tuhan - sesama manusia – alam sekitar). Yaitu, satu-satunya peradaban yang memiliki bentuk gambaran sempurna tentang adanya Sang Pencipta, memahamkan bagaimana menyembah-Nya dengan sebenar-benarnya ibadah. Suatu peradaban yang menjadikan nilai kesempurnaan akhlak merupakan nilai yang begitu tinggi sesudah ibadah kepada Allah. Berinteraksi dengan akhlak yang baik dengan seluruh komponen umatnya baik yang dekat maupun jauh, kemudian interaksi yang baik kepada mereka yang menyimpang dan bermusuhan. Bahkan, Islamlah yang pertama memasukkan dan menetapkan akhlak berperang kepada manusia. Meskipun kaum Muslimin dalam keadaan berperang, kerasnya pertentangan dengan pihak lain, tapi mereka tetap memelihara kelurusan akhlak, bermuamalah dan berperadaban sebagaimana mereka bersikap terhadap kaum Muslimin. Peradaban Islamlah yang telah memperlihatkan seorang wanita masuk neraka gara-gara seekor kucing yang dikurungnya.[1] Begitu pula yang memperlihatkan seorang masuk surga gara-gara seekor anjing.[2] Dalam satu riwayat lain, seorang fasik (pezina)yang member minum anjing.[3] Di sisi lain, peradaban Islam juga telah memberikan sumbangsih secara langsung dalam kemajuan berbagai macam bidang ilmu hayat seperti kedokteran, arsitektur, astronomi, kimia, fisika, geografi, dan sebagainya.
Peradaban Islam dengan pola pandang seperti ini, merupakan satu-satunya peradaban yang menakjubkan pada setiap sisi. Sedangkan peradaban lainnya selalu terdapat kekurangan, baik dari satu sisi atau dari sisi lain. Dari sini, kami memahami firman Allah Ta’ala, “Kalian sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan untuk manusia…” (Ali Imran 110).
[1] Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,” telah diadzab seorang perempuan lantaran seekor kucing. Ia tidak member makan, minum, tidak membiarkannya untuk makan dari serangga-serangga tanah.”(HR. Bukhari, Kitab Al- Masaqat, Bab Fadhlu Saqiyul Maa’ (2236), Muslim Kitab Salam, Bab Tahrim Qatlu Al- Hirrah (2246), dan lafazh itu menurutnya.
[2] Dari Abu Hurairah, dari Nabi, bahwa seorang lelaki melihat anjing memakan tanah lantaran kehausan. Lantas lelaki tersebut mengambil sepatunga, lalu memenuhi sepatu tersebut dengan air lalu meminumkan kepada anjing. Allah berterima kasih kepadanya, dan memasukkannya ke dalam surga. (HR. Al-Bukhari, Kitab Wudhu, Bab Maa’ Alladzi Yaghsilu bihi Syaarul Insan (171) dan Muslim, Kitab Salam, Bab Fadhlu Saqi Al-Bahaim Al-Muhtarimah wa Ith’amiha(2244).
[3] Dari Abu Hurairah, dari Nabi bersabda,”ketika seekor anjing mengelilinginya yang hampir mati diserang kehausan ketika itu dilihat oleh seorang pelacur dari kalangan bani Israil. Ia melepas sepatunya, dan mengisinya dengan air. Lalu dia diampuni dosanya lantaran perbuatan tersebut. (HR. Al- Bukhari; Kitab Al-Anbiya, Bab (Al-Kahfi 9). (3280) dan Muslim Kitab Salam, Bab Fadhlu Saqiyil Bahaim Al- Muhtarimah wa Ith’amiha (2245).