Short Description
Peradaban Islam telah kita tekankan sebagai peradaban yang paling unggul di muka bumi. Tentu saja kesimpulan ini bukanlah perkara yang tidak mempunyai dasar
Peradaban Islam telah kita tekankan sebagai peradaban yang paling unggul di muka bumi. Tentu saja kesimpulan ini bukanlah perkara yang tidak mempunyai dasar. Bahkan, dengan manhaj Islam yang penuh hikmah ini sanggup menggapai kondisi perkembangan peradaban yang membawa kebahagiaan bagi kaum Muslimin dan non Muslim, yang diambil dari faidahnya oleh seluruh umat di muka bumi, sehingga kita menjadi umat yang disebut sebagai sebaik-baik umat.
Kitalah satu-satunya peradaban yang mengetahui dan meletakkan aturan lurus dan selamat, yang kita jadikan pedoman diatas perkembangan yang dipraktikkan atau tidak. Meletakkan aturan kepada manusia apa yang berhak mereka sembah dan apa yang tidak berhak mereka sembah. Perumpamaan benar dalam hal ibadah hanyalah terdapat dalam kaum Muslimin. Sedangkan kebanyakan manusia bermuamalah dengan bagian kecil prilaku tertentu, tapi menyimpang dalam batasan akhlak tersebut. Dengan demikian, tidaklah dapat disebut adil atau lurus dalam masyarakat, jika di masyarakat lain dianggap sebagai kezhaliman, tidak melihatnya sebagai rahmat, tidak terdapat dalam mata pandangan pihak lain dengan nilai yang keras. Perumpamaan yang benar dalam semua itu tidak terdapat kecuali dalam Islam, dengan adanya syariat yang telah dipelihara oleh Allah Tuhan semesta alam.
Kebaikan hukum atas suatu masyarakat yang berbeda-beda, dilihat dari sisi peradaban. Perbedaan itu telah diberikan oleh umat Islam dengan metode yang telah diturunkan Allah. Ini artinya terdapat batasan sebagaimana yang kita pahami tentang firman Allah, “…dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia,”(Al-Hajj 78)
Kami menyaksikan masyarakat Rumania menghadirkan peradaban tapi menyimpang dalam hal lain. Begitu pula yang terjadi dengan masyarakat Persia, India, dan Cina. Kami juga menyaksikan apa yang terjadi di masyarakat Eropa dan Amerika modern. Kami menyaksikan apa yang terjadi pada masyarakat yang akan dating, dan seterusnya sampai Hari Kiamat. Bahka, kami – telah menyaksikan suatu perkara yang menakjubkan – yang kami saksikan dalam komunitas masyarakat yang lebih dulu dari Islam – meskipun kita tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri – kecuali bahwa kita mengetahuinya dari Rabbul Alamin yang terdapat dalam Al-Qur’an Al-Karim. Demikian pula berita dari Rasul yang mulia dalam sunnahnya yang suci. Di antaranya, sebagaimana yang kami pahami dalam sebuah hadits riwayat Abu Said Al-Khudri yang mengatakan, Rasulullah SAW bersabda,” Didatangkan Nuh dan umatnya, Allah berfirman,’Apakah telah kamu sampaikan’ Nuh menjawab,’Benar, ya Rabb.’ Lalu dia berkata kepada umatnya,’ Apakah telah sampai kepada kalian semua’ Mereka menjawab,’ Tidak. Belum ada seorang Nabi pun yang dating kepada kami.’ Lantas dikatakan kepada Nuh,’ Siapa yang akan menjadi saksi bagimu’ Lalu dia menjawab,’ Muhammad dan umatnya.’ Lantas kami bersaksi bahwa dia telah menyampaikan ( dakwah), sebagaimana firman Allah Ta’ala, ‘Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatas) manusia.”(Al-Baqarah 143).[1]
Karena itu, yang perlu untuk selanjutnya kita bahas bukanlah peradaban yang biasa, tapi kami membahas peradaban maju supaya setiap masyarakat mengqiyaskan dirinya kepada kemajuan peradaban tersebut. Apa yang akan kami sebutkan sebagai ringkasan pada bacaan lembaran kitab ini, tidak mungkin menjelaskan secara spesifik (detil), karena mustahil. Namun, kami akan menyebutkan sebagian kandungan dan membuka sebagian bab demi bab, supaya kita tidak menceburkan diri ke dalam lautan yang tidak berbatas, lautan peradaban Islami.
Dalam kisah peradaban Islami, rahasia terbesar di balik keunggulan dan keberhasilannya adalah adanya ikatan erat dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya. Kedua sumber rujukan ini merupakan arah yang menguatkan interaksi antara seorang Muslim dengan Rabbnya dan kumpulan masyarakat serta lingkungan alam sekitarnya. Pada keduanya terkandung undang-undang syariat yang mendalam, menjamin tegaknya peradaban seimbang, menakjubkan dalam setiap lini kehidupan. Sampai pada lini materialism- bersifat kemewahan hidup – juga terhimpun dalam penetapan hukum ini. Dalam sejarah bangsa Arab sebelum Islam, tidaklah terbetik gambaran, mereka akan menjadi pemimpin dunia, menjadi dasar peradaban dunia maju, tidak ada keterangan logika akan keunggulan mereka dan kemajuannya kecuali dengan berpegang teguh kepada Islam dan kaidah-kaidahnya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan Umar Al-Faruq dalam perkataannya,” Sesungguhnya kami adalah suatu kaum yang rendah, lantas Allah meninggikan kami dengan Islam. Siapa di antara kami yang menuntut ketinggian tanpa dasar yang telah ditinggikan Allah kepada kami niscaya Allah akan merendahkan kita.”[2]
Dari sini kita dapat menawab pertanyaan dalam benak kita yang membingungkan seluruh pikiran bagi siapa yang membaca tema ini. Yaitu, jika dulu kita pernah mencapai kondisi yang melimpah ruah berupa kemajuan yang menakjubkan, lantas kenapa sekarang kita berada pada titik kelemahan, diliputi berbagai macam krisis, problem, keburukan, dan penyimpangan
Tentu saya jawabannya sangat jelas. Bahwa, kaum Muslimin telah meninggalkan sebab-sebab kekuatan mereka, melalaikan Al-Qur’an dan Sunnah, berikut seluruh undang-undang hukumnya. Meninggalkan syariat kekal, bahkan lebih dari semua itu. Kaum Muslimin telah membuat opini terhadap Barat dengan ungkapan yang membuat mereka membahas peradaban Barat dari sisi sebab-sebab kekuatan mereka, dan sarana revolusi pergerakan. Namun sebagaimana diketahui, meski mereka berhasil pada satu sisi, tapi jatuh dalam sisi lain. Lantas akhirnya terjerembab dalam kesimpulan nilai manusia yang bisa benar dan salah. Sedangkan Islam adalah syariat yang dihukumi, tidak ada kebatilan, tidak pula kesalahan.
Kita wajib percaya dengan agama dan syariat kita secara praktik yang membawa kita pada rasa bangga kepada Islam. Demikian pula membawa kita pada keindahan terhadap peradaban Islam, bukan sombong dalam hiasan. Ini menjadi keyakinan kita terhadap apa yang ada di tangan kita. Kita merasa benar-benar menginginkan kebaikan sekeliling kita. Manusia telah menyiapkan bencana – menuju bencana – sedangkan kebanyakan mereka tidak merasa. Tak ada kesuksesan kecuali dalam peradaban kaum Muslimin. Makna ini sangat jelas terlihat dalam kata-kata Gustave Le Bon, seorang yang mengakui peradaban Islami, dia mengatakan,” Sesungguhnya peradaban Arab kaum Muslimin telah meresap masuk ke dalam bangsa-bangsa Eropa yang ganas dalam kehidupan kemanusiaan. Sesungguhnya seluruh bangsa Barat tidak mengenal sumber-sumber ilmiah selain dari karangan orang-orang Arab. Mereka orang-orang yang memberikan kontribusi terhadap Eropa, baik dari segi materi, akal maupun akhlak. Dalam sejarah, belum pernah diketahui ada umat yang mempunyai nilai seperti yang dibawanya (Islam).”[3]
Pertanyaan menggelitik benak kita setelah mengetahui secara mendalam, serta kajian mendalam tentang hal ini adalah Apa yang akan kita lakukan setelah mempelajari tema ini, memahamkan kita dengan kesungguhan yang penuh berkah ini, kesungguhan yang telah diberikan oleh para salafus shalih dalam setiap perkembangan lini kehidupan
Pertanyaan ini sangat penting. Jawabannya merupakan jalan awal untuk mengembalikan kita pada kedudukan yang dikehendaki Allah.
Jawaban pertanyaan di atas akan kami uraikan pada catatan-catatan berikutnya dalam serial ulasan kami mengenai Peradaban Islam di situs ini, seiring dengan ajakan kepada pembaca untuk mengikuti rihlah yang asyik dalam menyelami sejarah Islam. Dengan tulisan-tulisn tersebut, semoga Allah nantinya memberikan petunjuk menuju jalan yang lurus.
[1] Al-Bukhari, Kitab Al- Anbiya, Bab firman Allah Ta’ala dalam Surah Nuh I (3161)
[2] Al-Hakim, Al- Mustadrak(1130)
[3] Gustave Le Bon, Arab Civilization, hal. 276.