Short Description
Barangkali, kasih sayang yang paling indah di Hari Kiamat adalah kisah permohonan syafaat oleh Rasulullah untuk seluruh makhluk agar mereka segera di-hisab
Barangkali, kasih sayang yang paling indah di Hari Kiamat adalah kisah permohonan syafaat oleh Rasulullah untuk seluruh makhluk agar mereka segera di-hisab. Rasulullah menggambarkan keadaan manusia pada saat itu dengan jelas. Beliau bersabda, “Allah mengumpulkan manusia dari yang pertama sampai yang terakhir dalam satu tempat. Mereka bisa mendengarkan panggilan, pandangan mereka tak terhalang, dan matahari pun mendekat.
Manusia merasakan kesusahan dan penderitaan yang tidak mampu mereka tanggung. Orang-orang berkata, ‘Tidakkah melihat apa yang telah menimpa kalian Tidakkah kalian mememikirkan seseorang yang dapat memberikan syafaat kepada kalian di hadapan Rabb’ Maka berkatalah sebagian di antara mereka, ‘Menghadaplah kepada Adam a.s.’
Mereka pun datang kepada Adam a.s dan berkata, ‘Engkaulah bapak manusia. Engkau diciptakan Allah dengan tangan-Nya, Dia meniupkan ruh-Nya kepadamu dan memerintahkan malaikat untuk sujud padamu. Mohonkanlah kami syafa’at kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat apa yang kami rasakan.’
Adam menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat marah. Dia belum pernah marah seperti ini sebelum hari ini dan tak akan marah seperti ini sesudah hari ini. Dulu Dia telah melarangku untuk mendekati sebuah pohon, namun aku melanggarnya. Diriku, diriku, diriku.[1] Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kepada Nuh.’
Mereka pun mendatangi Nuh, lalu berkata, ‘Wahai Nuh, engkaulah Rasul pertama di bumi. Allah telah menamakanmu sebagai hamba yang banyak bersyukur. Mohonkanlah kami syafa’at kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat bagaimana keadaan kami.’
Nuh menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat marah. Dia belum pernah marah seperti ini sebelum hari ini dan tak akan marah seperti ini sesudah hari ini. Dulu aku punya satu doa mustajab namun telah aku gunakan untuk menimpakan bencana kepada kaumku. Diriku, diriku, diriku. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kepada Ibrahim.’
Mereka pun mendatangi Ibrahim, lalu berkata, ‘Wahai Ibrahim, engkaulah nabi Allah dan kekasihnya di bumi. Mohonkanlah kami syafaat kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat bagaimana keadaan kami.’
Ibrahim menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat marah. Dia belum pernah marah seperti ini sebelum hari ini dan tak akan marah seperti ini sesudah hari ini. Aku dulu telah berdusta sebanyak tiga kali—disebutkanlah dusta-dusta ini dalam hadits—diriku, diriku, diriku. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kepada Musa.’
Mereka pun mendatangi Musa, lalu berkata, ‘Wahai Musa, engkau adalah utusan Allah. Allah memuliakanmu dengan risalah dari-Nya dan berbicara langsung dengan-Nya. Mohonkanlah kami syafaat kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat bagaimana keadaan kami.’
Musa menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat marah. Dia belum pernah marah seperti ini sebelum hari ini dan tak akan marah seperti ini sesudah hari ini. Saya dulu pernah membunuh seorang yang aku tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Diriku, diriku, diriku. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kepada Isa.’
Mereka pun mendatangi Isa, lalu berkata, ‘Wahai Isa, engkaulah utusan Allah dan firman-Nya serta ruh dari-Nya yang telah Dia tiupkan kepada Maryam. Engkau bisa berbicara dengan manusia ketika masih bayi. Mohonkanlah kami syafaat kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat bagaimana keadaan kami.’
Isa menjawab, ‘Sesungguhnya Rabbku pada hari ini sangat marah. Dia belum pernah marah seperti ini sebelum hari ini dan tak akan marah seperti ini sesudah hari ini. Dia tidak menyebut satu dosa pun. Diriku, diriku, diriku. Pergilah kalian kepada selain aku. Pergilah kepada Muhammad.’
Mereka pun mendatangi Muhammad, lalu berkata, ‘Wahai Muhammad, engkaulah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang dulu dan akan datang. Mohonkanlah kami syafaat kepada Rabbmu. Tidakkah engkau melihat bagaiman keadaan kami.’
Maka aku pun pergi menuju ke bawah arsy. Aku sujud kepada Rabbku yang Mahamulia. Kemudian Allah membukakan kepadaku puji-pujian kepada-Nya yang belum pernah dibukakan kepada seorang pun sebelumku.
Kemudian dikatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, engkau akan diberi. Mohonlah syafaat, engkau akan diberi syafaat.’
Aku pun mengangkat kepalaku. Aku berkata, ‘Umatku wahai Rabbku, umatku wahai Rabbku, umatku wahai Rabbku.’
Maka dikatakan, ‘Wahai Muhammad, masukkanlah orang-orang dari umatmu yang tak ada tanggungan hisab bagi mereka dari pintu surga sebelah kanan. Mereka juga boleh masuk surga melewati pintu yang lain bersama para penduduk surga lainya’.”
Kemudian beliau bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku yang berada di tanganNya, jarak di antara dua sisi pintu surga seperti jarak antara Mekah dan Himyar atau seperti Mekah dan Buhsra.”[2]
Demi Allah, ini merupakan bentuk kasih sayang yang paling agung!
Beliau melakukan apa yang tidak pernah dilakukan oleh nabi-nabi lainnya. Ketika diminta, beliau tidak mengatakan, Diriku, diriku! Namun beliau berkata, “Umatku, umatku!” Beliau mengulanginya tiga kali untuk menunjukan sejauh mana perhatian beliau kepada umatnya.
Sungguh pena benar-benar tak mampu untuk menggambarkan betapa besarnya kasih sayang kenabian yang melimpah ini! Kemudian dilaksanakanlah perhitungan amal dengan syafaat dari Rasulullah saw. Satu kaum masuk ke dalam surga, sementara yang lainnya masuk ke dalam neraka. Di antara yang akan masuk neraka ini adalah sekelompok orang dari umat Rasulullah saw.
Kejahatan mereka mengalahkan kebaikan yang mereka lakukan. Mereka pun dimasukkan ke dalam neraka akibat dosa mereka yang begitu banyak. Apakah mereka dilupakan oleh Rasulullah
Saat itu beliau telah berada di surga yang dipenuhi dengan segala kenikmatan. Beliau bersama orang-orang beriman yang bersih. Apakah beliau lupa terhadap sebagian umatnya yang lain Masihkah beliau disibukkan dengan nasib sekelompok umat beliau yang berdosa dan menolak mengikuti syariatnya di dunia, hingga akhirnya mereka disiksa dengan api neraka
Tidak, Demi Allah. Beliau selamanya tidak akan melupakan mereka!
Rasulullah saw bersabda
لَيَخْرُجَنَّ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي مِنَ النَّارِ بِشَفَاعَتِي، يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيُّوْنَ.
“Sungguh akan keluar sekelompok orang dari umatku dari neraka dengan syafaatku. Mereka dinamakan dengan ‘Al-Jahannamiyun’ (Orang-orang dari neraka jahannam).”[3]
Ada penjelasan yang terperinci dalam riwayat Imam Ahmad dimana Rasulullah saw bersabda, “Akulah orang yang pertama dibangkitkan dari bumi pada hari kiamat dan tidak ada kesombongan. Akan diberikan kepadaku bendera pujian-pujian dan tidak ada kesombongan. Akulah pemimpin manusia di hari kiamat dan tidak ada kesombongan. Akulah yang pertama kali masuk surga dan tidak ada kesombongan. Aku datang ke pintu surga dan mengambil rantainya.
Malaikat penjaga pun bertanya, ‘Siapa ini’ Dijawab, ‘Aku Muhammad.’ Mereka lalu membukakan pintu surga untukku. Aku masuk, tiba-tiba Allah SWT berada di hadapanku. Aku pun sujud kepada-Nya. Dia berkata, ‘Angkatlah kepalamu, wahai Muhammad, bicaralah engkau akan didengar, mintalah sesuatu niscaya apa yang kamu minta akan diberikan, mohonlah syafaat maka syafaatmu akan dikabulkan.’
Aku pun mengangkat kepalaku dan berkata, ‘Umatku, umatku, wahai Rabbku.’ Dia berkata, ‘Pergilah engkau kepada umatmu. Siapa di antara mereka yang engkau dapati ada keimanan di hatinya walaupun seberat biji gandum maka masukanlah ia ke dalam surga.’
Aku pun melaksanakannya. Siapa yang dalam hatinya aku dapati memiliki keimanan seperti itu, aku masukkan ia ke dalam surga.
Tiba-tiba Allah SWT berada di hadapanku. Aku pun sujud kepada-Nya. Dia berkata, ‘Angkatlah kepalamu, wahai Muhammad, bicaralah engkau akan didengar, mintalah sesuatu niscaya apa yang kamu minta akan diberikan, mohonlah syafaat maka syafaatmu akan dikabulkan.’
Aku pun mengangkat kepalaku dan berkata, ‘Umatku, umatku, wahai Rabbku’ Dia berkata, ‘Pergilah engkau kepada umatmu. Siapa di antara mereka yang engkau dapati memiliki keimanan di hatinya walaupun seberat setengah biji gandum maka masukkanlah ia ke dalam surga.’
Aku pun melaksanakannya. Siapa yang dalam hatinya aku dapati ada keimanan sebesar itu maka aku masukkan ke dalam surga.
Tiba-tiba Allah SWT berada di hadapanku. Aku pun sujud kepada-Nya. Dia berkata, ‘Angkatlah kepalamu, wahai Muhammad, bicaralah engkau akan didengar, mintalah sesuatu niscaya apa yang kamu minta akan diberikan, mohonlah syafa’at maka syafaatmu akan dikabulkan.’
Aku pun mengangkat kepalaku dan berkata, ‘Umatku, umatku, wahai Rabbku.’ Dia berkata, “Pergilah engkau kepada umatmu. Siapa di antara mereka yang engkau dapati memiliki keimanan di hatinya walaupun seberat biji sawi maka masukanlah ia ke dalam surga.”
Aku pun melaksanakannya. Siapa yang dalam hatinya aku dapati ada keimanan seperti itu maka aku masukkan ke dalam surga.
Allah selesai melaksanakan perhitungan amalan manusia dan memasukkan sebagian umatku yang tersisa ke dalam neraka. Berkatalah penghuni neraka, ‘Ibadah kalian kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu sama sekai tidak ada gunanya bagi kalian.’ Lalu Allah berfirman, ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku akan membebaskan mereka dari api neraka.’
Kemudian dikirimlah utusan kepada mereka dan mereka pun keluar dalam keadan telah hangus. Lalu mereka masuk ke dalam air kehidupan dan mereka pun kembali segar seperti biji yang tumbuh di aliran air yang berlumpur. Di antara kedua mata mereka tertulis, ‘Orang-orang yang dibebaskan oleh Allah SWT’ Mereka dibawa masuk ke dalam surga. Para penghuni surga berkata, ‘Inilah mereka orang-orang neraka jahannam.’ Allah berfirman, ‘Mereka adalah orang-orang yang dibebaskan oleh Allah SWT’.”[4]
Perhatikanlah—semoga Allah merahmatimu—sampai ke tingkatan yang setinggi ini, dan ke tempat yang terpuji ini, kasih sayang yang menakjubkan dari Rasul kita, Muhammad saw. Kasih sayang beliau sampai kepada orang-orang yang melakukan semua dosa besar dan orang yang keimanan dalam hatinya hanya seberat biji sawi. Kasih sayang seperti ini yang dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiyâ’ 107).
[1] Maksudnya adalah diriku lebih berhak untuk mendapat syafaat. Lihat Tuhfatul Ahwadzi VI226.
[2] HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi.
[3] HR Bukhari (7012), Tirmidzi (2600), Ahmad (12280).
[4] HR Ahmad (12491), Ad-Darimi (52). Al-Albani menshahihkannya dalam Silsilah Ash-Shahîhah (1571).